Dunia tidaklah seindah surga. Dunia penuh dengan masalah dan
konflik di berbagai bidang, salah satunya di bidang kemanusiaan. Kasus
kemanusiaan yang paling semarak belakangan ini adalah rasisme.
Pengertian rasisme
klasik menekankan perbedaan yang tajam terhadap warna kulit, hitam atau putih.
Kenyataannya, dalam kehidupan kita sehari-hari, rasisme justru berkembang luas
dan merambah dimensi-dimensi lain bahkan hingga perbedaan kodrati yaitu gender,
perempuan atau laki-laki. Sikap antipati terhadap suatu kelompok, tidak lagi
sekedar wacana, tetapi telah menjurus pada sikap dan pola perilaku destruktif,
melebihi prasangka awalnya.
Menurut Wikipedia, rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan
biologis yang melekat pada ras manusia menentukan
pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan
memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Beberapa penulis menggunakan istilah rasisme untuk
merujuk pada preferensi terhadap kelompok etnis tertentu
sendiri (etnosentrisme), ketakutan terhadap orang asing
(xenofobia),
penolakan terhadap hubungan antarras (miscegenation), dan generalisasi
terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe) .
Rasisme telah menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial,
segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida. Politisi sering
menggunakan isu rasial untuk memenangkan suara. Istilah rasis telah digunakan
dengan konotasi buruk paling tidak sejak 1940-an,
dan identifikasi suatu kelompok atau orang sebagai rasis sering bersifat
kontroversial.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), rasisme
diartikan sebagai paham atau golongan yang menerapkan penggolongan atau
pembedaan ciri-ciri fisik ( seperti warna kulit ) dalam masyarakat. Rasisme
juga bisa diartikan sebagai paham diskriminasi suku, agama, ras ( SARA ),
golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan tertentu.
Sekarang rasismepun mengalami penambahan kata, yaitu
menunjukkan kelompok etnis tertentu (etnosentris), ketakutan terhadap orang
asing (xenofobia), penolakan terhadap hubungan antar ras (miscegenation), dan
generalisasi terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe).
KASUS RASISME DI DUNIA SEPAKBOLA
Sebagai olahraga paling populer di dunia, dunia sepakbola
pun tidak luput dari kasus rasisme. Biasanya, korban rasisme adalah
pemain-pemain yang berasal dari Afrika. Berikut adalah beberapa kasus rasisme yang
pernah terjadi di dalam dunia sepakbola :
![]() |
Jean Marie Le Pen |
1.
Masih ingat politisi ultra kanan yang sempat menghebohkan
dunia politik Perancis? Ya, Jean Marie Le Pen pernah membuat sensasi dengan
mengatakan bahwa “tim sepakbola Perancis tidak pantas dihuni oleh orang-orang
pendatang”. Jelas yang dimaksud “orang-orang pendatang” tersebut adalah imigran
seperti Zinedine Zidane, Lilian Thuram, Thierry Henry, Patrick Vieira,
Claude Makelele, Sylvain Wiltord, Christian Karembeu, dll. Le Pen
terpaksa menelan ludahnya sendiri ketika tim yang sebagian besar dihuni oleh
“para pendatang” ini merebut gelar juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
![]() |
Aron Winter, pesepakbola korban rasisme asal Belanda |
2.
Suporter klub Lazio memang terkenal sebagai klub paling rasis
di Italia. Maklum saja klub ini dulunya adalah klub kesayangan Benito
Mussolini. Mungkin karena terkenal dengan sikap rasisme-nya, sangat jarang
pesepakbola kulit hitam yang bergabung dengan klub ini. Aron Winter, mantan
pemain timnas Belanda adalah pemain berkulit hitam yang terakhir bergabung
dengan klub ini. Pada saat kedatangannya ke klub ini, ia juga mendapatkan
cemoohan yang menyakitkan hati. Dia dicemooh dengan kata-kata : “Yahudi Negro”.
![]() |
Cafu |
3.
Cafu, ex pemain AS Roma yang kini bermain di AC Milan pun
ikut terkena dampak tindakan rasisme para pendukung Lazio. Cafu memang tidak
bermain untuk Lazio, melainkan pernah bermain untuk tim AS Roma, yang notabene
adalah musuh bebuyutan Lazio di kompetisi Liga Italia. Sewaktu masih bermain di
AS Roma, seringkali mobil Cafu ditimpuki orang tidak dikenal, dan parahnya lagi
anaknya yang masih kecil terpaksa turut menyaksikan penghinaan berbau rasisme
yang dialaminya.
![]() |
Patrice Evra vs Luis Suarez |
4.
Pada suatu laga derby antara Manchester United dan
Liverpool, pemain Liverpool asal Uruguay Luis Suarez melontarkan kata-kata
berbau rasis kepada pemain bertahan United, Patrice Evra.
5.
John Terry, pemain sekaligus kapten Chelsea FC,
pernah melakukan tindakan rasisme yang ditujukan kepada pemain Queens Park
Rangers, Anton Ferdinand. Pada akhirnya, John Terry dinyatakan tidak bersalah.
Namun pihak yang bersangkutan sendiri telah mengakui kalau ia menujukan
kata-kata kasar berbau rasis terhadap Anton Ferdinand, walaupun tidak
disuarakan, hanya gerakan bibir saja.
6.
Pada laga Piala Eropa lalu, striker
kontroversial asal Italia, Mario Balotelli, menjadi salah satu korban utama
rasisme. Ejekan-ejekan dilontarkan kepada Balotelli, oleh supporter Kroasia
maupun Spanyol. Balotelli sendiri pernah menyatakan jika suatu saat ada orang
yang melemparkan pisang kepadanya (tindakan rasisme), ia akan masuk penjara
karena ia akan membunuh orang itu.
![]() |
Mario Balotelli |
Rasisme jelas tindakan yang memalukan. Rasisme
menunjukkan kemerosotan moral manusia, dan betapa manusia tidak bisa menerima suatu
perbedaan yang ada. Rasisme jelas-jelas suatu hal yang tidak seharusnya
terjadi, dan harus dimusnahkan. Tindakan rasisme juga bisa dikatakan
menghalangi persatuan yang seharusnya ada.
Rasisme tidak terjadi di dunia olahraga saja. Banyak
sekali kasus rasisme yang terjadi di dunia, dan biasanya korban utamanya adalah
orang berkulit hitam. Banyak orang menganggap kalau orang berkulit hitam tidak
sebaik orang-orang berkulit putih, tetapi anggapan itu salah. Banyak sekali
tokoh-tokoh hebat dunia yang merupakan orang-orang berkulit hitam, yang juga
pernah menjadi korban rasisme.
SOLUSI
MENGATASI RASISME
Rasisme tentu membawa ketidaknyamanan untuk berbagai
pihak, terutama pihak yang dihina, karena itu, perlu solusi dalam mencegah
maupun mengatasi rasisme. Karena yang sudah dibahas tadi adalah rasisme dalam
sepakbola, berikut ini adalah cara menanggulangi rasisme dalam olahraga
tersebut:
1.
Jika penonton melakukan aksi rasisme terhadap
pemain, wasit boleh menghentikan pertandingan untuk sementara dan
memperingatkan penonton
2.
Apabila cara tersebut tidak berhasil, wasit
diperkenankan untuk menghentikan
pertandingan selama 10 menit
3.
Apabila penonton tak menghentikan aksi rasisme
setelah dua tindakan sebelumnya, wasit diperkenankan untuk menghentikan
pertandingan
Cara-cara tersebut dipakai oleh UEFA.
Sementara untuk mengatasi rasisme secara umum, beberapa
cara ialah sebagai berikut:
1.
Menyadari bahwa semua manusia adalah ciptaan
Tuhan, derajatnya sama.
2.
Berusaha menerima perbedaan yang ada, karena
perbedaan itu indah. Kalau dunia diisi oleh hal yang itu-itu saja (monoton),
tentu akan sangat membosankan
3.
Berusaha menjaga perasaan orang lain. Tindakan
rasisme dapat menyakiti hati korban rasisme, dan logikanya setiap tindakan yang
kita lakukan akan terbalas suatu hari nanti. Jika kita tidak mau dihina, maka
kita tidak boleh menghina orang lain.
4.
Memikirkan konsekuensi ke depannya. Tidak sedikit
suku atau etnis yang memiliki solidaritas tinggi, yang bisa langsung bertindak
ketika salah satu anggotanya dihina.
KESIMPULAN AKHIR
Rasisme adalah
tindakan tidak manusiawi yang rendah dan seharusnya tidak pernah ada di muka
bumi. Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan moral tidak seharusnya melakukan
tindakan sehina rasisme, yang hanya pantas dilakukan oleh orang-orang tak
berakal, tak bermoral dan tak berpendidikan. Jika harus, kita sebagai orang
yang berakal dan bermoral harus mencegah tindakan rasisme, dimulai dari
tindakan sederhana seperti tidak mengejek teman tentang suku, bangsa, agama,
etnis maupun penampilan fisiknya, karena tindakan yang demikian termasuk dalam
rasisme.
Sumber :
No comments:
Post a Comment